Thursday, June 19, 2008

The Self At Peace

The Goal of Ihsan : an-nafs al-mutma'inna: the self at peace

Finally there is the self at peace which is illuminated and acts according to the good and its therefore liberated
 " O self at peace, return to your Lord, well=pleased, well-pleasing.
Enter among My servant. Enter My Garden."

"A certain state came over me so that the attributes of Allah appeared in manifestation in myself and in all creation...I began to love my self and to love all creation. Whoever I saw, man or woman, old man or child, I loved..I also began to love animals, rivers, trees, birds, the sky and the stars, and the earth and its stones...whatever loved me and I loved whatever did not love because I saw that my essence contained existence, hig and low, existence was part of me. It was like my limbs and extremities. my love of them appeared to me to be only love of me essence and attributes.

Tuesday, May 13, 2008

Awakening

You walk before me
those Eyes filled with light
Udoubtedly magnetized
by a very wise Heart
Walk calmly with those strangers
who are your companion of the Way
Sparkling my night in distant lands

Saving me from every traps
and from all grave sin
They lead my steps
along the path of Beauty
They are my servants
and I am their slave
All of my being obeys
this living flame

Charming Eyes, you shine
with the mystical brightness
of church candles burning
in broad daylight; the sun
Reddens but does not extinguish
their fantastic flame

You sing of Awakening
You walk singing the light of love
Stars whose flame no sun can fade


Thursday, May 8, 2008

JALAN CINTA...

Hati menyimpan percikan atau roh Ilahiah di dalam diri. Hati adalah kuil Tuhan. Hati adalah rumah bagi cinta. Semakin kita belajar mencintai orang lain, kita semakin mampu mencintai Tuhan. 
Salah satu pecinta termashur dalam kitab Taurat adalah Zulaika, istri Potiphar. Zulaika jatuh cinta terhadap Yusuf, yang merupakan budak dari suaminya. Konon, Yusuf adalah pria tertampan yang pernah hidup di dunia. Ketika teman teman Zulaika mulai menggoda atas cintanya yang luar biasa terhadap Yusuf, ia mengundang mereka semua untuk minum teh. Sembari teman temannya mulai mengupas buah apel, Zulaika menggiring Yusuf. Ketika wanita-wanita itu melihat Yusuf, mereka begitu terkesima oleh ketampanannya, sehingga mereka mengiris tangan mereka sendiri. Zulaika lalu berkata, " Kini, setelah kalian melihat Yusuf, dapatkah kalian menyalahkan diriku?".
Akhirnya Potiphar menceraikan Zulaika karena cintanya yang memalukan terhadap Yusuf. Zulaika harus hidup di tengah-tengah pekerja miskin dan gelandangan. 
Beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf telah menjadi orang terkuat kedua di Mesir, suatu hari ia melihat Zulaika di tengah jalan. Zulaika berpakaian compang-camping dan tampak tua serta kusam akibat kehidupannya yang sulit. Yusuf berkata kepadanya dengan lembut, " Aku tidak dapat mencintaimu saat kau masih menikah, dan aku adalah budak suamimu. Namun kini aku bebas untuk menikahimu, dan aku akan melakukannya dengan suka hati karena cintamu kepadaku." Dengan mata berkaca-kaca, Zulaika menjawab, "Tidak Yusuf, cintaku kepadamu adalah tabir. Aku telah lama mencintai Sang Kekasih secara langsung. Aku tidak lagi membutuhkan apa pun dan siapapun di dunia ini." 
Cintanya kepada Yusuf telah membuka hatinya kepada Sang Kekasih Sejati......

Tidaklah aku membebaskan diriku dari kelasalah: sesungguhnya nafsu menyuruh kita kepada kejahatan kecuali nafsu yang telah dirahmati oleh Tuhanku. (Q.S. Yusuf (12):53)

Saturday, April 5, 2008

The Garden Of Rumi

If you are wise 
like the Friend of God
the fire is water to you
especially this fire of Love
which is the soul of all waters....
and you are a moth.
But the ignorant moth 
behaves differently than we do:
it sees the light 
and ends up in the fire
The heart of the mystic 
sees fire and goes into the Ligt
A fire has been made 
to look like water
while within the apparent fire
is a real fountain

(Rumi)

Kilas Balik...

Intelektual kampus...begitu judul tulisan Pak Sobary di Kompas hari Minggu ini. Ini adalah kisah perjalanan yang lain dalam menggapai cinta Allah melalui perkhidmatan kepada mahluk Nya...

Bangsa ini..negeri ini..oooh...seperti dikatakan dalam renungan Dr Bambang Shergi Laksmono yang dikutip oleh Pak Sobary...begitu banyak menelan..menelan...tanpa sempat mengunyah...tanpa sempat menyerap...Segala bentuk eksperimentasi Bank Dunia dan IMF ditelan habis-habis. Lumatan ide dan kunyahan rumus dari para konsultan Barat itu kita telan dengan sempurna. 

Mengapa kita hanya bisa menelan kunyahan dan lumatan para konsultan Barat itu? Karena kita tidak punya cukup kepercayaan diri untuk menyelesaikan permasalahan kita sendiri. Kita merasa tidak mempunyai cukup pengetahuan dan mental yang kuat untuk menuntaskannya. Kita tidak kembali pada DIA....kita sibuk sendiri...heboh sendiri...

Kita tidak percaya sepenuhnya pada Sang Penguasa Kehidupan...SANG PEMILIK sejatinya cinta...
Kita sibuk menyelesaikannya sendiri...bergantung pada kekuatan akal manusia...bergantung pada mereka yang kita anggap lebih pandai...dengan dasi dan bahasa inggris yang fasih....sehingga kita menyerahkannya bulat-bulat pada kapitalisme....

Tuesday, March 18, 2008

Siapakah mahluk yang paling menakjubkan imannya....
















Menggapai cinta Nya...melalui syafaat Rasulullah.....














Dini hari di Madinah Al-Munawwarah. Aku saksikan sahabat-sahabat berkumpul di masjidmu. Angin sahara membekukan kulitku. Gigiku gemeretak, kakiku berguncang.

Tiba-tiba pintu hujrahmu terbuka. Dan kau datang, ya Rasulallah. Kami pandang dikau. "Assalamu 'alaika ayyuhan nabi warahmatullahi wabarakatuh," kudengar salam disampaikan bersahut-sahutan. Kau tersenyum, ya Rasulallah. Wajahmu bersinar. Angin sahara berubah hangat. Cahayamu memasuki seluruh daging dan jiwaku. Dini hari Madinah berubah menjadi pagi yang indah. Kudengar kau bersabda, "Adakah air pada kalian?"

Cepat-cepat kutengok gharibah-ku. Kulihat para sahabat yang lain sibuk memeriksa kantong mereka, "Tak ada setitik air pun, ya Rasulallah." Kusesali diriku, mengapa tidak kucari air yang cukup sebelum tiba di masjidmu. Beruntung benar sekiranya kubasahi wajah dan tanganmu dengan percikan air dari kantung airku.

Kudengar suaramu yang indah, "Bawakan padaku wadah yang masih basah." Aku ingin loncat mempersembahkan gharibah airku tapi ratusan sahabatmu berdesakan mendekatimu. Kau ambil satu gharibah air yang kosong. Kau celupkan jari jemarimu yang mulia. Subhanallah, kulihat air mengalir dari sela-sela jemarimu. Kami berdesakan, berebutan berwudu dari pancuran sucimu. Betapa sejuk air itu ya Rasulallah. Betapa harum air itu ya Nabiyallah. Betapa lezat air itu, ya Habiballah. Kulihat Abdullah bin Mas'ud pun mereguk sepuas-puasnya.

Qad q�matish shal�h, qad q�matish shalah....Alangkah bahagianya aku bisa salat di belakangmu, ya Sayyidal An�m. Ayat-ayat suci mengalir dari suaramu. Melimpah, memenuhi jantung dan seluruh pembuluh darahku.

Usai salat subuh, kau pandangi kami, masih dengan senyum yang indah itu. Cahaya wajahmu, ya Rasulallah, tak mungkin aku lupakan. Ingin kubenamkan setetes diriku dalam samudera dirimu. Ingin kujatuhkan sebutir pribadiku pada sahara tak terhingga pribadimu.

Kudengar kau berkata, "Menurut kalian, siapakah mahluk yang paling menakjubkan imannya?"

Kami jawab serempak, "Malaikat, ya Rasulallah."

"Bagaimana mereka tak beriman, padahal mereka berada di samping Tuhan mereka?" jawabmu.

"Kalau begitu para nabi, ya Rasulallah."

"Bagaimana mereka tak beriman, bukankah wahyu turun kepada mereka?"

"Kalau begitu kami, sahabat-sahabatmu, ya Rasulallah."

"Bagaimana kalian tak beriman padaku padahal aku berada di tengah-tengah kalian? Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman? Mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan." Aku tahu, ya Rasulallah, kami telah saksikan mukjizatmu. Kulihat wajahmu yang bersinar, kulihat air telah mengalir dari sela jemarimu, bagaimana mungkin kami tak beriman kepadamu. Kalau begitu siapa ya Rasulallah, orang yang kau sebut paling menakjubkan imannya?

Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kami termangu. Ah, gerangan siapa mereka itu? Siapa yang kaupuji itu, ya Rasulallah? Kutahan napasku, kucurahkan perhatianku. Dan bibirmu yang mulia mulai bergerak, "Orang yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudahku. Yang beriman kepadaku, padahal mereka tak pernah melihat dan berjumpa denganku. Yang paling menakjubkan imannya adalah orang yang datang setelah aku tiada. Yang membenarkan aku padahal mereka tak pernah melihatku. Mereka adalah saudara-saudaraku."

Kami terkejut. "Ya Rasulallah, bukankah kami saudaramu juga?"

Kau menjawab, "Benar, kalian adalah para sahabatku. Adapun saudaraku adalah mereka yang hidup setelah aku. Yang beriman kepadaku padahal mereka tak pernah melihatku. Merekalah yang beriman kepada yang gaib, yang menunaikan salat, yang menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan kepada mereka...(QS. Al-Baqarah; 3)"

Kau diam sejenak ya Rasulallah. Langit Madinah bening, bumi Madinah hening. Kudengar kau berkata, "Alangkah rindunya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku. Alangkah beruntungnya bila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku."

Suaramu parau dan butiran air mata tergenang di sudut matamu. Kau ingin berjumpa dengan mereka, ya Rasulallah. Kau rindukan mereka, ya Nabiyallah. Kau dambakan mereka, ya Habiballah....

Wahai Rasulullah, kau ingin bertemu dengan mereka yang tak pernah dijumpaimu, mereka yang bibirnya selalu bergetar menggumamkan shalawat untukmu. Kau ingin datang memeluk mereka, memuaskan kerinduanmu. Kau akan datang kepada mereka yang mengunjungimu dengan shalawat. Masih kuingat sabdamu, "Barangsiapa yang datang kepadaku, aku akan memberinya syafaat di hari kiamat."













Wednesday, March 12, 2008

KALAU ADA KEKASIH.....

Kalau ada kekasih melangkahkan 
rindu kepada Tuhannya
Jangan pandang ia, karena hanya
Tuhan yang ia inginkan untuk 
memandangnya


Kalau ada kekasih mensujudkan cinta
di hadapan kekasihNya
Jangan buka mulut
membicarakannya
karena suaramu mengganggu
gemeremang ribuan malaikat
yang mengamini doanya

Kalau ada pencinta berwirid dengan 
tasbihnya
yang melingkari alam semesta
Jangan tulis apapun tentang ia,
Karena lembar-lembar Lauh Mahfudh
bergetar
oleh bisikan zikirnya

Kalau ada Salikah menangis di 
sepanjang pencarian atas suami
yang sejati
Hatinya sendiri lenyap
pikiran dan kesadarannya sirna
Dirinya tiada...

Karena laut di samudra kehangatan
Cinta
Sang Pemilik sejatinya cinta....


Yogya, 11 Juli 2005

Untuk Ratih Sang, 
Emha Ainun Najib